Daftar Blog Saya

WELCOME TO MY BLOG

Senin, 01 Juli 2013

ISTILAH-ISTILAH UMUM MATEMATIKA

Akar pangkat: akar pangkat n dari suatu bilangan adalah bilangan yang apabila dipangkatkan dengan n akan menghasilkan bilangan semula.
Alas: bagian dasar dari suatu bangun atau benda.
Balok: prisma yang sisi-sisinya berupa empat persegipanjang.
Bangun datar: bangun yang dibuat pada bidang datar.
Bangun ruang: bangun yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi (ketebalan).
Bilangan asli: bilangan yang biasanya digunakan untuk menghitung dalam kehidupan sehari-hari, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, ….
Bilangan bulat: bilangan asli (bulat positif), bilangan nol, dan bilangan bulat negatif; yaitu 0, �� 1, �� 2, �� 3, ….
Busur derajat: alat berbentuk setengah lingkaran, yang digunakan untuk mengukur besarnya suatu sudut.
Data: sekumpulan bilangan atau kata yang didapat dari hasil menghitung, mengukur, atau mencatat sebagai bagian dari sebuah proyek, survei, atau eksperimen.
Derajat: satuan ukuran sudut, atau satuan ukuran suhu.
Diagram: gambar yang menyatakan data tertentu.
Diagram batang: diagram yang menggunakan batang segi empat; panjang setiap batang menunjukkan jumlah atau ukuran sesuatu yang dihitung atau diukur.
Diagram lingkaran: diagram yang menggunakan daerah lingkaran untuk menggambarkan suatu keadaan. Diagram tersebut digambar dengan bentuk lingkaran yang dibagi menjadi beberapa bagian.
Diameter: garis yang membagi dua lingkaran menjadi dua bagian sama besar.
Faktor: bilangan yang dapat membagi habis bilangan asli.
Faktor persekutuan: bilangan bulat yang merupakan faktor dari dua bilangan bulat atau lebih.
Faktor persekutuan terbesar (FPB): faktor persekutuan yang terbesar dari dua atau lebih bilangan asli.
Faktorisasi prima: menguraikan bilangan menjadi faktor-daktor prima.
Jajargenjang: bangun datar segiempat di mana sisi-sisi yang berhadapannya sejajar dan sama panjang.
Jari-jari: jarak dari pusat lingkaran ke sebuah titik pada lingkaran.
Keliling: garis yang membatasi suatu bidang
Kelipatan: bilangan hasil kali dari suatu bilangan asli dengan lebih bilangan asli.
Kelipatan persekutuan: bilangan yang menjadi kelipatan dari dua atau lebih bilangan asli.
Koordinat: bilangan yang menunjukkan posisi titik pada sebuah grafik.
Kuantitas: banyaknya (benda dan sebagainya); jumlah (sesuatu)
Kubik: berpangkat tiga.
Kubus: bangun ruang yang memiliki enam bidang sisi yang berbentuk persegi.
Luas: ukuran dari total permukaan suatu bangun atau benda.
Modus: bilangan yang paling banyak muncul dalam sebuah himpunan bilangan.
Ordinat: koordinat suatu titik pada koordinat Kartesius dalam bidang yang merupakan jarak titik tersebut ke sumbu-x dihitung sepanjang garis yang sejajar sumbu-y.
Pecahan biasa: bilangan yang nilainya tidak bulat.
Pembilang: bilangan dalam pecahan yang menunjukkan pembaginya.
Persegi: segiempat yang sama semua sisinya dan sama pula keempat sudutnya; segiempat beraturan.
Persen: nama lain suatu pecahan per seratus.
Peta: gambar atau lukisan pada kertas dan sebagainya yang menunjukkan letak tanah, laut, sungai, gunung, dan sebagainya.
Pi (  ): bilangan yang sedikit lebih besar dari 3; nilainya kira-kira 3,1415926.
Piktogram: diagram yang menyajikan informasi mengenai gambar-gambar atau simbol-simbol untuk menggantikan kata atau bilangan. Setiap simbol mewakili satu bilangan atau jumlah tertentu.
Prisma: bidang banyak yang memiliki sepasang sisi sejajar dan sebangun disebut alas, serta sisi lain yang didapatkan dengan menghubungkan puncak-puncak dari kedua alasnya.
Prisma tegak: prisma yang sisi-sisinya merupakan jajargenjang.
Prisma segitiga: prisma yang alasnya berupa segitiga.
Prisma segiempat: prisma yang alasnya berupa segiempat.
Prisma segilima: prisma yang alasnya berupa segilima.
Rusuk: garis atau ruas garis yang merupakan perpotongan dua muka bidang suatu bentuk geometri.
Segi banyak: bangun datar atau bidang yang memiliki banyak sisi; bangun yang memiliki tiga sisi lurus atau lebih.
Sisi: salah satu datar dari sebuah bangun ruang.
Skala: perbandingan ukuran besarnya gambar dengan keadaan yang sebenarnya.
Sumbu: garis utama melalui pusat bidang atau bagiannya.
Tabel: daftar bilangan yang disusun dalam baris dan kolom.
Tabung: bangun ruang yang bagian atas dan bawahnya berbentuk lingkaran.
Trapesium: segiempat yang memiliki empat sisi, dua sisi sejajar dan dua sisinya lagi tidak sejajar.
Turus: perhitungan jumlah dengan menggunakan tanda garis lurus atau miring.
Volume: bilangan yang menyatakan suatu besaran tiga dimensi; banyak ruang yang diisi.

Minggu, 30 Juni 2013

hubungan antara penerapan model pembelajaran langung dengan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika di SMA Negeri 1Luwuk.




A.       Latar Belakang
Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Namun fakta di lapangan belum menunjukan hasil yang memuaskan.
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.
Di pihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian, guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau refrensi lain. Dalam hal ini, siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri (self mtotivation), padahal aspek-aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Masalah ini banyak dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas, oleh karena itu, perlu menerapkan suatu strategi belajar yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar dan aplikasi serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka. Penumpukan informasi/konsep pada subjek didik dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru pada subjek didik melalui satu arah seperti menuang air kedalam sebuah gelas. Tidak dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun bukan terletak pada konsep itu sebdiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dipahami oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah. Untuk itu yang terpenting terjadi belajar yang bermakna dan tidak hanya seperti menuang air dalam gelas pada subjek didik. Dalam kondisi demikian factor kompetensi guru dituntut, dalam arti guru harus mampu meramu wawasan pembelajaran yang lebih menarik dan disukai oleh peserta didik.
kenyataan di lapangan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Lebih jauh lagi bahkan siswa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya. Berbicara mengenai proses pembelajaran dan pengajaran yang sering membuat kita kecewa apalagi dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi ajar. Walaupun demikian, kita menyadari bahwa ada siswa yang mampu memiliki tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, namun kenyataan mereka sering kurang memahami dan mengerti secara mendalam pengetahuan yang bersifat hafalan tersebut. Pemahaman yang dimaksud ini adalah pemahaman siswa terhadap dasar kualitatif d mana fakta-fakta saling berkaitan dengan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi baru. Sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru.
Apabila kita ingin meningkatkan prestasi, tentunya tidak akan terlepas dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran disekolah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai hasil pembaruan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tersebut menghendaki, bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teoru dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi, dan sintesis. Untuk itu guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model yang sesuai yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada murid; metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke patisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan (Komatudin. tth: 2).
Satu inovasi yang menarik mengiringi perubahan paradigmA tersebut adalah ditemukan dan diterapkannya model-model pembelajaran inovatif-progresif yang dengan tepat mampu mengembangkan dan menggali pengetahuan peserta didik secara konkret dan mandiri. Salah satu dari model-model pembelajaran tersebut yaitu Model Pembelajaran Langsung (MPL).
SMA Negeri 1 Luwuk adalah salah satu dari sekolah yang menerapkan model Pembelajaran Langsung, dimana peserta didik dilatih untuk dapat menyelesaikan masalah struktural atau tahap demi tahap. Berdasarkan penuturan salah seorang guru disekolah tersebut, hampir disetiap mata pelajaran yang diajarkan, menerapkan strategi pembelajaran tersebut. Terlebih lagi pada pelajaran matematika yang membutuhkan proses pemecahan masalah secara struktural, karena pemecahan masalah merupakan kegiatan yang paling kompleks. Suatu soal dikatakan masalah bagi seseorang peserta didik tetapi belum tentu menjadi masalah juga bagi peserta didik yang lain. Oleh karena itu peserta didik harus mulai diajak belajar memecahkan masalah secara mandiri tetapi dengan latihan terlebih dahulu yang diberikan oleh guru.
Hasil observasi sementara yang diperoleh melalui wawancara dengan beberapa orang peserta didik terlihat bahwa hasil belajar matematika yang diperoleh pada semester ganjil ini dapat dikatakan cukup baik dan memuaskan. Hal itu sebagaimana pengakuan beberapa orang peserta didik di SMA Negeri 1 Luwuk yang mengatakan bahwa pembelajaran matematika cukup menarik sehingga nilai mereka pun sangat memuaskan.
  Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian agar mengetahui lebih jauh tentang “Hubungan antara penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Hasil Belajar Peserta Didik pada mata pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 Luwuk.

B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah  “ Apakah terdapat hubungan antara penerapan model pembelajaran langsung dengan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 Luwuk”?
C.       Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.         Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara penerapan model pembelajaran langung  dengan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika di SMA Negeri 1Luwuk.
2.          Manfaat Penelitian
Hasil pelaksanaan penelitian diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain sebagai berikut :

a.    Bagi Peserta Didik
Mampu memberikan sikap positif terhadap penerapan model pembelajaran langsung pada mata pelajaran Matematika sehingga menumbuhkan semangat belajar untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal atau memuaskan.
b.    Bagi Guru
Memberikan masukan kepada guru mengenai penerapan salah satu model pembelajaran yakni Pembelajaran Langsung dalam proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran Matematika
c.    Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dengan adanya informasi yang diperoleh sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah.
d.    Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman dan mengetahui secara langsung bagaimana hubungan penerapan model pembelajaran yang baik dan menarik dengan hasil belajar peserta didik.





wisuda s1 pendidikan Matematika With My friend ang Rektor


























Minggu, 22 Juli 2012

K E T I K A, B U K A N & B I L A

KETIKA...
Aku ingin hidup KAYA...
Aku lupa,
bahwa HIDUP adalah sebuah KEKAYAAN.

KETIKA...
Aku takut MEMBERI...
Aku lupa,
bahwa SEMUA yang aku miliki adalah PEMBERIAN.

KETIKA...
Aku ingin jadi yang TERKUAT...
Aku lupa,
bahwa dalam KELEMAHAN....
Tuhan memberikan aku KEKUATAN.

KETIKA...
Aku takut RUGI...
Aku lupa,
bahwa HIDUPKU...
Adalah sebuah KEBERUNTUNGAN, karena AnugerahNYA.

BUKAN...
karena hari ini INDAH kita BAHAGIA...
Tetapi karena kita BAHAGIA...
hari ini menjadi INDAH.

BUKAN...
karena tak ada RINTANGAN kita menjadi OPTIMIS...
Tetapi karena kita OPTIMIS...
RINTANGAN menjadi tak terasa.

BUKAN...
karena MUDAH kita YAKIN BISA...
Tetapi karena kita YAKIN BISA... semuanya menjadi MUDAH.

BUKAN...
karena semua BAIK kita TERSENYUM...
Tetapi karena kita TERSENYUM maka semua menjadi BAIK.

BILA...
kita tidak dapat menjadi jalan besar...
cukuplah menjadi jalan setapak yang dapat dilalui orang.

BILA...
kita tidak dapat menjadi matahari...
cukuplah menjadi lilin yang dapat menerangi sekitar kita.

BILA...
kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang...
cukuplah berdoa untuk orang itu
Krn allah maha mngetahuix

Jumat, 29 Juni 2012

SKRIPSI PENDIDIKAN MATEMATIKA S1


PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang
Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam menyiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing di era global. Upaya yang tepat untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada berbagai jenis dan jenjang. Namun fakta di lapangan belum menunjukan hasil yang memuaskan.
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini tampak dari rerata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih sangat memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih substansial, bahwa proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.
Di pihak lain secara empiris, berdasarkan hasil analisis penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik yang disebabkan dominannya proses pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centered sehingga siswa menjadi pasif. Meskipun demikian, guru lebih suka menerapkan model tersebut, sebab tidak memerlukan alat dan bahan praktik, cukup menjelaskan konsep-konsep yang ada pada buku ajar atau refrensi lain. Dalam hal ini, siswa tidak diajarkan strategi belajar yang dapat memahami bagaimana belajar, berpikir, dan memotivasi diri sendiri (self mtotivation), padahal aspek-aspek tersebut merupakan kunci keberhasilan dalam suatu pembelajaran. Masalah ini banyak dijumpai dalam kegiatan proses belajar mengajar di kelas, oleh karena itu, perlu menerapkan suatu strategi belajar yang dapat membantu siswa untuk memahami materi ajar dan aplikasi serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.
Banyak kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar yang terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah informasi/konsep belaka. Penumpukan informasi/konsep pada subjek didik dapat saja kurang bermanfaat bahkan tidak bermanfaat sama sekali kalau hal tersebut hanya dikomunikasikan oleh guru pada subjek didik melalui satu arah seperti menuang air kedalam sebuah gelas. Tidak dapat disangkal, bahwa konsep merupakan suatu hal yang sangat penting, namun bukan terletak pada konsep itu sebdiri, tetapi terletak pada bagaimana konsep itu dipahami oleh subjek didik. Pentingnya pemahaman konsep dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi sikap, keputusan, dan cara-cara memecahkan masalah. Untuk itu yang terpenting terjadi belajar yang bermakna dan tidak hanya seperti menuang air dalam gelas pada subjek didik. Dalam kondisi demikian factor kompetensi guru dituntut, dalam arti guru harus mampu meramu wawasan pembelajaran yang lebih menarik dan disukai oleh peserta didik.
kenyataan di lapangan siswa hanya menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep yang dimiliki. Lebih jauh lagi bahkan siswa kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya. Berbicara mengenai proses pembelajaran dan pengajaran yang sering membuat kita kecewa apalagi dikaitkan dengan pemahaman siswa terhadap materi ajar. Walaupun demikian, kita menyadari bahwa ada siswa yang mampu memiliki tingkat hafalan yang baik terhadap materi yang diterimanya, namun kenyataan mereka sering kurang memahami dan mengerti secara mendalam pengetahuan yang bersifat hafalan tersebut. Pemahaman yang dimaksud ini adalah pemahaman siswa terhadap dasar kualitatif d mana fakta-fakta saling berkaitan dengan kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi baru. Sebagian besar siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/diaplikasikan pada situasi baru.
Apabila kita ingin meningkatkan prestasi, tentunya tidak akan terlepas dari upaya peningkatan kualitas pembelajaran disekolah. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai hasil pembaruan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tersebut menghendaki, bahwa suatu pembelajaran pada dasarnya tidak hanya mempelajari tentang konsep, teoru dan fakta tetapi juga aplikasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, materi pembelajaran tidak hanya tersusun atas hal-hal sederhana yang bersifat hafalan dan pemahaman tetapi juga tersusun atas materi yang kompleks yang memerlukan analisis, aplikasi, dan sintesis. Untuk itu guru harus bijaksana dalam menentukan suatu model yang sesuai yang dapat menciptakan situasi dan kondisi kelas yang kondusif agar proses belajar mengajar dapat berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
Salah satu perubahan paradigma pembelajaran tersebut adalah orientasi pembelajaran yang semula berpusat pada guru beralih berpusat pada murid; metodologi yang semula lebih didominasi ekspositori berganti ke patisipatori; dan pendekatan yang semula lebih banyak bersifat tekstual berubah menjadi kontekstual. Semua perubahan tersebut dimaksudkan untuk memperbaiki mutu pendidikan, baik dari segi proses maupun hasil pendidikan (Komatudin. tth: 2).
Satu inovasi yang menarik mengiringi perubahan paradigmA tersebut adalah ditemukan dan diterapkannya model-model pembelajaran inovatif-progresif yang dengan tepat mampu mengembangkan dan menggali pengetahuan peserta didik secara konkret dan mandiri. Salah satu dari model-model pembelajaran tersebut yaitu Model Pembelajaran Langsung (MPL).
SMA Negeri 1 Luwuk adalah salah satu dari sekolah yang menerapkan model Pembelajaran Langsung, dimana peserta didik dilatih untuk dapat menyelesaikan masalah struktural atau tahap demi tahap. Berdasarkan penuturan salah seorang guru disekolah tersebut, hampir disetiap mata pelajaran yang diajarkan, menerapkan strategi pembelajaran tersebut. Terlebih lagi pada pelajaran matematika yang membutuhkan proses pemecahan masalah secara struktural, karena pemecahan masalah merupakan kegiatan yang paling kompleks. Suatu soal dikatakan masalah bagi seseorang peserta didik tetapi belum tentu menjadi masalah juga bagi peserta didik yang lain. Oleh karena itu peserta didik harus mulai diajak belajar memecahkan masalah secara mandiri tetapi dengan latihan terlebih dahulu yang diberikan oleh guru.
Hasil observasi sementara yang diperoleh melalui wawancara dengan beberapa orang peserta didik terlihat bahwa hasil belajar matematika yang diperoleh pada semester ganjil ini dapat dikatakan cukup baik dan memuaskan. Hal itu sebagaimana pengakuan beberapa orang peserta didik di SMA Negeri 1 Luwuk yang mengatakan bahwa pembelajaran matematika cukup menarik sehingga nilai mereka pun sangat memuaskan.
  Bertitik tolak dari uraian di atas, maka penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian agar mengetahui lebih jauh tentang “Hubungan antara penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Hasil Belajar Peserta Didik pada mata pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 Luwuk.

B.       Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah  “ Apakah terdapat hubungan antara penerapan model pembelajaran langsung dengan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika di SMA Negeri 1 Luwuk”?
C.       Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.         Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara penerapan model pembelajaran langung  dengan hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika di SMA Negeri 1Luwuk.
2.          Manfaat Penelitian
Hasil pelaksanaan penelitian diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain sebagai berikut :

a.    Bagi Peserta Didik
Mampu memberikan sikap positif terhadap penerapan model pembelajaran langsung pada mata pelajaran Matematika sehingga menumbuhkan semangat belajar untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal atau memuaskan.
b.    Bagi Guru
Memberikan masukan kepada guru mengenai penerapan salah satu model pembelajaran yakni Pembelajaran Langsung dalam proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran Matematika
c.    Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi sekolah dengan adanya informasi yang diperoleh sehingga dapat dijadikan sebagai bahan kajian bersama agar dapat meningkatkan kualitas sekolah.
d.    Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman dan mengetahui secara langsung bagaimana hubungan penerapan model pembelajaran yang baik dan menarik dengan hasil belajar peserta didik.